Ada yang merasa harga dirinya terluka nggak ya, jika kita, orang Indonesia, dicap sebagai orang-orang yang berwatak dan bermental inlander?
Begini. Sejak tahun lalu saya sedikit nggumun dan rasanya gimanaaaa gituh menyikapi trend terkini seputar vlog keluarga yang menjamur di jejaring sosial YouTube. Bak disponsori oleh negara, mamah-mamah muda yang bersuamikan pria bule itu beramai-ramai merekam kehidupan harian mereka (yang menurut saya hal ini bersifat privat dan tidak untuk konsumsi umum) lalu mengunggahnya ke channel YouTube masing-masing.
Adalah Pita’s Life, channel vlog keluarga milik perempuan muda asal Ternate yang menikah dengan seorang pria berkebangsaan USA, yang pertama-tama meraih popularitas tinggi. Selama tahun 2016 saja, ia berhasil menjaring 100k subscriber dan ratusan ribu viewers untuk setiap video sederhana (bandingkan dengan kualitas vlog MAZELEE) yang diunggahnya. Belum lagi ratusan hingga ribuan komentar, puja-puji dan caci yang selalu mengekor dalam tiap-tiap cerita hidupnya, yang kini seakan telah menjadi milik umum.
Fenomena kesuksesan vlog keluarga milik Pita -Travis (plus Zach, Rachel, Zoey, Ronin, Shadow, Willow) ini rupanya telah sedemikian mengilhami dan memanggil perempuan-perempuan Indonesia yang berkawin campur di berbagai belahan dunia itu untuk jangan sampai ketinggalan meluncurkan channel vlog dengan genre dan kebanggaan yang senada: Hoe, wong donya, bojoku bule!! Anak-anakku blasteran. Keluarga dan bahasaku kelas internasional!
Tak dapat dipungkiri, bagi perempuan-perempuan berkulit sawo matang itu, memperoleh jodoh bule adalah sebuah prestige dan anak tangga emas yang membawanya naik beberapa jengkal langkah ke kelas sosial yang lebih tinggi dan kekinian. Rumah tangga lintas nation-nya membuahkan inspirasi bagi kaum hawa lainnya. Kaum hawa yang mendadak minder bersuamikan lelaki pribumi, dan kaum hawa yang mendadak membanggakan warna kulitnya di depan bule. Berharap mereka akan senasib dengan Pita atau Teh Andini. Mereka mendadak bangga berkulit gelap, meski di sisi lain mereka sibuk memilih-milih krim pemutih yang ampuh hasil kerjanya. Dari krim pemutih wajah berbandrol nyithengan, tidak pernah lulus standard uji lab BPOM hingga seperti yang dipakai oleh perempuan gedongan.
Yakni si krim pemutih wajah dari brand-brand asing kenamaan yang menggandeng primadona pilihan sebagai duta mereknya sebagaimana yang terpampang di tajuk iklan kecantikan.
Kembali ke vlog. Kemunculan wajah-wajah pejantan bule dan kepribadiannya yang senatural mungkin mereka pertontonkan di depan sorotan kamera istrinya tanpa disadari turut menumbuhkan image positif baik bagi diri sendiri maupun negaranya. Terlebih, jika itu negara maju dan digdaya di mata dunia. USA, Si Kapitalis bengis yang konon kerap dinyinyiri netizen kita sebagai induknya ISIS. Toh di suatu tempat ia tidak selalu menuai kritikan sinis. Di Pita’s Life, nampak para pemirsa baik yang ABG hingga dewasa ingin sekali berplesir ke Amerika. Syukur-syukur bisa bersua dengan idolanya, Pita. Dan alangkah mujurnya seandainya bisa berjodoh dengan pria semanis Travis, anggota Tentara Angkatan Udara USA itu.
Mengharukan sekali. Jika saya adalah staf gedung putih, saya dengan senang hati akan mensponsori keberlangsungan vlog Pita’s Life ini. Melalui hal-hal sederhana, gelak tawa riang dalam rumah tangga pasutri beda negara, Travis, pria manis nan romantis ini menorehkan prestasi sampingan yang cukup terpuji: citra yang baik akan USA.
Tak hanya menyedot perhatian orang-orang biasa, vlog milik ibu rumah tangga muda ini juga menarik perhatian orang-orang dari kalangan public figure atau selebritis, meskipun belum banyak.
Berkat kehadiran vlog keluarga yang dikemas sederhana dan hanya menampilkan kehidupan sehari-hari yang apa adanya, sama sekali tidak menunjukkan kecendrungan budaya hedon meski mereka sekeluarga tengah bermukim di tanah Paman Sam, kiblat modernisasi dunia itu, Pita’s Life mampu meyakinkan para pemirsanya akan keramah-tamahan Amerika.
Kesuksesan dan popularitas yang diraih Pita lewat kreativitasnya di dunia maya tersebut seakan menggerakkan angka pertumbuhan chanel vlog keluarga milik pasangan kawin campur. Tidak berlebihan jika saya secara subyektif menyadari lahirnya phenomena unik di YouTube tahun 2016 hingga tahun sekarang ini, yakni gelombang vlog interracial pribumi-bule. Kenapa gelombang? Karena animo dan antusiasmenya baik dari kalangan masyarakat dan youtuber-nya sendiri besar sekali. Bahkan daya tarik dan capaian penggemar vlog-vlog pribumi-bule tersebut tidak kalah dibanding vlog-vlog milik selebritis. Asal Anda tahu, subscriber Jessica Iskandar tidak lebih banyak dari Pita.
Ampuni saya jika lewat nyinyiran panjang ini saya terdengar amat pedas, judes dan terasa menghakimi. Jujur, jika kita sedikit saja peka, kita akan merasai nuansa yang terbawa oleh gelombang vlog pribumi-bule itu di samping baik untuk wawasan umum kita akan alam manca negara, adalah peneguhan yang begitu terang-terangan bahwa hingga detik ini kita masih bermental inlander. Kita ciut, kerdil dan mengkeret di hadapan bangsa lain. Sebagian dari kita memandang bule sebagai sinuwun, dewa, cendekiawan, sementara kita yang pernah kenyang terjajah oleh kaum feodal sebangsa bule ini hanyalah seonggok cendawan di tengah lautan.
Bab jodoh adalah perkara yang lumrah dan umum. Sudah semestinya kita membanggakannya jikalau kita memiliki suami, istri dan rumah tangga yang bahagia. Meskipun tidak lantas juga kita mesti mempertontonkannya di hadapan dunia. Tentang dari tlatah mana patahan tulang rusuk kita berasal, saya kira ini bukanlah hal penting. Yang penting adalah kualitas persona dan kepribadiannya sebagai manusia yang beradab.
Lalu, penyakit sosial macam apakah yang menggerogoti citra diri bangsa kita ini? Kenapa kita sebegitu melonjak kegirangannya hanya karena bersuamikan lelaki bule? Apakah luapan emosi yang sama akan tercipta untuk suami-suami kita yang pribumi itu? Sedemikian menyedihkan kah keinginan kita dipandang naik kelas tatkala kita telah sukses merebut hati bule? Wahai gadis, mana yang lebih mengharukan menjadi pekerja sosial di negara sendiri atau atau dilamar bule dan vlogmu banjir pelanggan?
Jika tersinggung dan malumu tak tertahankan dibilang bermental inlander, lalu kenapa harus ada channel vlog interacial pribumi-bule yang bernama MENIKAH DENGAN BULE (silakan telusuri sendiri) dan RAYI NOEL MENIKAH SAMA BULE PERANCIS (sekarang diganti menjadi Mpok Rempong di Perancis)?