Literasi Digital

Era digital membuat proses peralihan zaman seperti menjadi serba cepat. Di dunia ini, ambisi manusia yang sangat ingin memanfaatkan waktu dan ruang seolah dapat tercapai dengan sempurna. Transformasi digital begitu masif, komunikasi bukan lagi menjadi masalah pelik bagi kehidupan. Ini menjadikan manusia melaju kencang dan cepat tanggap, namun juga mudah terbakar. Akhir-akhir ini banyak sekali informasi palsu dibuat oleh orang-orang tertentu dengan kepentingan tertentu (negatif). Parahnya sering ditanggapi masyarakat secara serius. Menjadikan suasana memanas dan genting.

Melihat hal tersebut tentu menjadikan pemerintah tidak tinggal diam. Banyak yang telah dilakukan pemerintah untuk meredam gejala menakutkan ini, antara lain melakukan sosialisasi yang ditangani langsung oleh jajaran polisi dari pusat hingga pedesaan. Mencanangkan semboyan back turn hoax , salah satu usaha untuk meredam tensi emosi masyarakat dengan berita-berita palsu yang bersumber dari tangan-tangan dan lambe turah.

Selain dengan membuat semboyan, pemerintah juga mulai membuat UU ITE yang sudah cukup berdampak bagi masyarakat. Penanda begitu gentingnya keadaan hari ini, bukan hanya kriminal secara fisik, bahkan secara verbal. Yang belum tentu bertemu dengan orang yang kita kenal. Lewat media sosial bisa jadi kita tiba-tiba masuk bui karena perlakuan yang kurang menyenangkan melalui coment yang kita post. Menjadi manusia bijak melalui media sosial sepertinya memang harus kita terapkan. Kita harus lebih berhati-hati, agar tidak terjebak ikut-ikutan komunitas lambe turah atau biasa disebut haters. Kalau kata pepatah lidah lebih tajam dibanding pedang. Maka hari ini bisa saja berganti jempol lebih tajam dibanding lidah.

Era milenial yang serba digital tentu tidak melulu negatif. Banyak hal yang sangat menguntungkan selain jualan on line yang melejit omsetnya dan pasar semakin beringas. Banyak hal yang bisa kita temui, akun-akun yang sangat berdampak positif. Mulai dari akun-akun di instagram potongan-potongan puisi yang ternyata berdampak banyak anak muda mulai suka menulis, meski ringan tapi cukup bagus untuk membangun sadar literasi bagi kaum muda. Bahkan tidak jarang penulis terlahir dari iseng-iseng menulis dan membuat kata-kata indah, lalu terpacu menjadikan tulisan. Beruntungnya lagi terbantu para followers.

Membaca, menulis dan mengeruk informasi bukan hanya berkonsentrasi pada lembaran kertas. Bahkan situs web mulai digandrungi para pecinta literasi. Seperti halnya nggalek.co., salah satu situs web dengan nama kedaerahan yang cukup menjadi pelopor literasi kampung, yang jarang kita jumpai. Para pengelolanya pun  juga konsisten dalam manajemen tata kelola web, baik tampilan maupun isi. Tidak jarang membuat buku yang sudah tercetak. Kampung literasi sepertinya cukup cocok disematkan untuk Trenggalek. Meski tetap harus lebih baik, biar tidak sekadar branding. Kampung literasi bukan hanya berbicara soal laku orang kampung yang suka membaca dan menulis. Seperti yang sudah kita bayangkan sebelumnya. Banyak hal lain yang mampu kita jumpai dari kampung literasi, yang lebih dari sekadar baca tulis.

Melihat segala potensi yang mampu kita olah dengan baik. Seperti yang sudah diungkapkan oleh ketua suku Mojok, Puthut Ea, dalam diskusi di Kediri beberapa hari lalu. Situs web yang bertajuk daerah tentu hanya sebagai media dan sarana. Kita harus mampu mengolah dan memberdayakan kampung dengan bijak.  “Kita harus mengetahui potensi kampung, dinamika pengenalan kampung, history, kearifan kultural lokal, ekonomi, ekologi dan sosial”.

Beberapa gagasan mas Puthut dapat menjadi penyokong pendidikan terhadap masyarakat desa. Selain  melek membaca dan menulis. Juga mampu mengelola desa dengan baik. Mengenalkan produk-produk lokal yang mampu dijual di pasar melalui media on line ataupun di situs web tersebut. Menceritakan segala gejala-gejala yang ada di desa. Mengarsipkan segala cerita yang mampu kita gali melalui kepercayaan masyarakat ataupun orang tua yang sudah merekam sebuah peristiwa. Web berbau kampung merupakan usaha mengenalkan, juga menjadi salah satu kerja arsip yang tangguh. Hal ini juga dilakukan oleh Pramoedya Ananta toer. Usaha merawat ingatan merupakan kerja yang efektif dalam melestarikan budaya. Hal-hal seperti ini juga bagian dari nguri-nguri budaya. Begitu.

Artikel Baru

Artikel Terkait