Ada Guruh di Pantai Prigi

Seni bagi saya seperti bernafas, bukan sesuatu yang dibuat-buat”

Pagelaran Festival Kesenian Kawasan Selatan (FKKS) Jawa Timur digelar 21-22 Oktober 2017, di Panggung Prigi 360, Trenggalek, Jawa Timur. Gelaran kesenian itu mengusung tema merayakan Duniaku Indonesia. Persembahan kesenian masyarakat pesisir selatan Jawa untuk Indonesia. FKKS mendapat apresiasi dan sambutan yang luar biasa, dari masyarakat (penikmat), penari, seniman (pelaku) juga dari para pemerhati kesenian lain.

Guruh Soekarno Putra - nggalek.co
Guruh Soekarno Putra. Sumber foto: Humas Setda Trenggalek

Kesenian memang bukan semata-mata tentang keindahan. Menurut Guruh Soekarno Putra, “seni memiliki filosofi terhadap kodrat yang diberikan Tuhan kepada manusia.” Ia menambahkan, “bagi manusia, seni itu mempunyai asas falsafah Pancasila yaitu Gotong Royong, yang berarti tentram damai bersama, satu untuk bersama, bersama untuk satu itulah Pancasila.”

Di tengah meredupnya kehidupan masyarakat modern dari seni, dan makin frontalnya dunia digital merasuki ruang, bahasa, politik, bisnis dan ekonomi dunia manusia, seni yang dekat dengan alam perlu sering-sering dihadirkan untuk menyadarkan manusia, lebih-lebih generasi “zaman now”.

Tontonan seperti pagelaran Festival Kesenian Kawasan Selatan (FKKS) Jawa Timur, disertai udara segar yang berhembus ke selatan, semoga menyegarkan pori-pori wajah anak muda menambah kecintaan, merawat dan menjaga kebudayaan dan kesenian yang menjadi ciri masyarakat Indonesia.

Pagelaran Festival Kesenian Kawasan Selatan (FKKS) dihadiri langsung sang konseptor, koreografer ulung, Guruh Soekarno Putra. Dalam pertunjukkan itu, Guruh sempat membekali peserta didik dengan koreografi dan tarian yang amazing, yang belum ia tampilkan sebelumnya. Koreo dalam tarian itu mampu menyihir puluhan ribu pasang mata yang melihat.

Dari koreo dan gerak(an) penari tersemat semangat perjuangan, persatuan, gotong-royong, keragaman dan rasa syukur. Meski berbeda-beda tetapi tetap satu. Musik pengiring menampilkan kesan modern tetapi unsur tradisional tetap diusung. Guruh tidak pernah mau meninggalkan identitas bangsanya, dalam setiap menciptakan maha karya. Akar seni budaya Indonesia tidak pernah luput ia hadirkan. Maha karya Guruh sangat kental dengan unsur tradisi gabungkan unsur modern. Sehingga tidak terlihat monoton apalagi kuno.

FKKS digelar dua hari. Selama dua hari, sajian gelaran kesenian dinikmati oleh warga masyarakat Trenggalek dan kota-kota peserta FKKS. Pada pagelaran itu dimeriahkan pula oleh artis Ibu Kota, Maudy Ayunda, serta pertunjukkan musik, tarian, pawai budaya dan acara seru lainnya. Ada persembahan tari-tarian khas daerah masyarakat pesisir selatan yang di antaranya; tarian khas Kab. Blitar, Kab. Malang, Kab. Pacitan, Kab. Tulungagung, Kab. Banyuwangi, Kab. Jember, Kab. Madiun, dan tuan rumah sendiri, warga masyarakat Kab. Trenggalek dengan Jaranan Turonggo Yakso.

Maha Karya lagu, syair dan koreagrafi yang diciptakan oleh Guruh Soekarno Putra pada gelaran FKKS bertajuk Duniaku Indonesia. Tema ini menggambarkan bahwa Indonesia adalah dunia kita, Indonesia kita mendunia. Selain pagelaran FKKS, Guruh Soekarno Putra telah banyak menampilkan gelaran kolosal. Pada tahun 1979 ia mementaskan sebuah karya pagelaran kolosal yang bertajuk “Pergelaran Karya Cipta Guruh Sukarno Putra I”. Ia bertindak langsung sebagai seorang koreografer, komposer, sekaligus sutradara. Pagelaran tersebut berlanjut tahun 1980 dengan karya cipta Cipta Guruh Sukarno Putra II yang berjudul “Untukmu Indonesiaku” dan 1984 dengan Pergelaran Karya Cipta Guruh Sukarno Putra III dengan mengusung judul “Cinta Indonesia”.

Dengan latar laut dan gunung FKKS berhasil memukau para penonton. Pada siang yang terik, cuaca yang panas, mata penonton seolah ogah beralih pada pertunjukan FKKS. Mata selalu mengikuti gerak ayunan tangan dan selendang penari. Para penonton mengaku tak rela meninggalkan pertunjukan tari kolosal itu. Alunan merdu khas gamelan, yang diaransemen modern menambah takjub atas tari kontemporer itu.

Bagimana pun, kesuksesan dan kemeriahan acara FKKS tidak lepas dari sentuhan tangan dingin, maestro kesenian Guruh Sukarno Putra. Kita tahu, darah kesenian Guruh mengalir deras dari keluarganya. Nama Soekarno dan Fatmawati memiliki jiwa kesenian yang besar, namun mereka lebih terkenal negarawan. Sejak anak-anak di usia empat tahun, ia telah menggandrungi kesenian. Ia mempelajari tari-tari tradisonal Jawa, Sunda, hingga Bali. Tidak berlebihan bila tari kontemporer yang dipersembahankan pada masyarakat Trenggalek itu mampu memecah keheningan ombak laut selatan.

Hadirnya Pria bernama lengkap Muhammad Guruh Irianto Sukarno Putra seolah menjadi nafas segar di dunia seni, bagi para lintas generasi, tidak ketinggalan para pelajar di Kabupaten Trenggalek. Sosoknya yang karismatik dengan serentetan ide-ide cemerlang menempatkan akar seni dan budaya Indonesia di urutan utama setiap karyanya. Kesenian merupakan konsepsi dan aturan dalam menempatkan hasrat berkesenian, melestarikan warisan leluhur serta menjalankan asas pancasila; gotong royong dalam keragaman, saling bantu dalam berbedaan. Menjadi angin segar di tengah keringnya mutu tontonan kesenian tradisional yang malah menjadi ngepop.

Artikel Baru

Artikel Terkait