Tulisan menjadikan informasi tetap terjaga dalam kondisi prima, dan tersebar dengan cepat sambil tetap terjaga keutuhannya, tidak rusak atau bergeser maknanya seperti ucapan (lisan). Apalagi jika tulisan itu berupa karya kreatif (sastra), potensinya menembus batas ruang dan waktu jauh lebih dahsyat tinimbang berita koran harian . Kertas/buku bisa rusak dalam puluhan tahun, tetapi ia bisa diproduksi ulang terus-menerus. Bahkan, di era digital seperti sekarang tulisan dapat menyebar secara supercepat melalui sambungan internet.
Mempromosikan potensi wisata (alam, budaya) melalui tulisan kreatif adalah pilihan cerdas. Biaya penerbitan 3.000 buku, misalnya, akan jauh lebih murah dibandingkan biaya beberapa menit tayangan iklan/advertorial di televisi. Padahal, ketika buku yang bersangkutan dapat diangkat menjadi bahan perbincangan yang menarik, koran dan televisi sangat mungkin akan tertarik pula untuk memberitakannya. Itu kelak dapat dihitung sebagai bonus alias ”iklan gratis.” Ingat, betapa Bangka dan Belitung mendapatkan ”berkah” luar biasa dari sebuah buku karya Andrea Hirata, Laskar Pelangi.
Masih belum terpikirkan untuk menyiarkan dan mengangkat Trenggalek melalui tulisan kreatif?