Manusia Tidak Bisa Hidup tanpa Alam, tapi Alam Baik-Baik Saja Tanpa Manusia

Saya pernah mendengar sebuah kutipan dari salah satu dosen ketika saya masih merantau untuk berkuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya. Dosen saya berkata, “Manusia tidak akan bisa hidup tanpa alam, tapi alam akan baik-baik saja, bahkan tanpa manusia”.

Seiring berkembangnya teknologi, penduduk yang semakin padat, kegiatan ekonomi yang semakin tinggi, manusia dapat melakukan apa saja, terlebih untuk memuaskan nafsu terhadap kebutuhan mereka.

Pada waktu tertentu, perkembangan teknologi akan membuat kondisi di mana sumber daya alam akan mengalami degradasi (penurunan) karena adanya kegiatan ekonomi yang mengeksploitasi sumber daya alam. Apa dampak dari adanya degradasi lingkungan?

Dari sudut pandang ekonomi yang sempit, lingkungan merupakan sumber bahan baku alami dan non alami, seperti energi. Pada saat jumlah manusia masih sedikit dan kegiatan ekonomi masih relatif kecil, alam menjamin terpenuhinya kebutuhan manusia.

Sementara adanya kemajuan teknologi dan industri akan membuat kebutuhan menusia semakin banyak. Alam mengalami ketegangan karena adanya eksploitasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut.

Sumur di rumah warga Pogalan, Trenggalek
Sumur di rumah warga Pogalan, Trenggalek/Foto: Linggar Budi Nuansa

Saya mengambil perspektif bahwa pembangunan industri yang mengeksploitasi sumber daya alam justru menyebabkan penderitaan dari segala aspek kehidupan. Seperti adanya rencana pertambangan emas di Trenggalek, tempat tinggal saya.

Potensi adanya emas di kawasan Kabupaten Trenggalek tentunya menarik para pengusaha tambang di Indonesia. Rencana pertambangan emas di Trenggalek merupakan salah satu persoalan lingkungan yang cukup meresahkan masyarakat. Sembilan kecamatan di Trenggalek yang masuk ke dalam wilayah konsesi tambang emas terancam rusak.

Hal tersebut menyebabkan hilangnya sumber daya alam yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhannya. Tak hanya itu, ada ancaman bencana yang mengintai mereka akibat industri ekstraktif ini.

Bagaimana dampak adanya tambang bagi sumber mata air di wilayah yang masuk dalam konsesi? Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) mengungkapkan ada 152 sumber mata air yang terancam hilang akibat adanya pertambangan. Selain itu, adanya tambang tidak hanya mengancam hilangnya sumber mata air yang masuk ke wilayah konsesi tambang, tapi juga mata air di luar wilayah konsesi tambang.

Bagaimana pencemaran pada sumber air di wilayah yang masuk konsesi tambang berdampak pada wilayah yang berada di luar konsesi? Sifat air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke rendah, dari hulu ke hilir. Ketika hulunya tercemar, hilir juga pasti tercemar.

Saya sendiri tinggal di daerah Pogalan, salah satu kecamatan yang ada di Trenggalek di mana daerah tersebut memang tidak masuk ke dalam wilayah konsesi tambang emas. Namun hal tersebut justru membuat saya semakin takut jika rencana tambang emas benar-benar terjadi.

Sudut lain Sungai Dawung di Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek
Sudut lain Sungai Dawung di Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek/Foto: Linggar Budi Nuansa

Berdasarkan tulisan dari Misbahus Surur dalam esainya yang berjudul “Manusia Masih Bisa Hidup Tanpa Emas, tapi Tidak Bisa Hidup Tanpa Air” menyebutkan, hulu sungai besar yang alirannya di hilir menjadi Daerah Aliran Sungai (DAS) penting yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk berbagai keperluan dan kebutuhan hidup seperti irigasi pertanian, perkebunan, wisata sungai bahkan untuk dikonsumsi sehari-hari. Salah satunya DAS Sungai Tawing yang mengalir ke Gandusari hingga Pogalan lalu mengarah ke Tulungagung menuju DAS Brantas.

Merujuk pada pernyataan di atas, Pogalan merupakan salah satu wilayah yang sungainya termasuk ke dalam DAS. Tidak mungkin kami memanfaatkan air yang tercemar untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Bukan malah sejahtera tapi justru sengsara.

Kerusakan lingkungan akibat pertambangan nyata adanya. Meskipun tingkat perekonomian melejit dengan adanya industri ini, tapi itu hanya berlangsung beberapa saat. Biarkan tempat tinggal kami seperti ini.

Rasanya mengerikan membayangkan jika tambang emas benar-benar terjadi di kota kecil ini. Kota yang dikelilingi oleh pegunungan, memiliki beragam flora dan fauna, bisa hancur hanya untuk memuaskan nafsu para korporat tambang.

Air yang kami minum sehari-hari akan tercemar oleh racun dari pemurnian emas, ikan yang ditangkap para pemancing di sungai bisa mati karena racun, hutan akan hilang dan mengakibatkan bencana, pertanian akan gagal panen karena air untuk irigasi yang tercemar.

Dalih meningkatkan perekonomian masyarakat merupakan jurus jitu para pengusaha ketika akan membuka tambang di wilayah yang seharusnya tidak boleh ditambang. Nyatanya, ketika lingkungan rusak apa yang mau diandalkan lagi untuk hidup?

Artikel Baru

Artikel Terkait