Trenggalek memiliki dua garis lanskap: maritim (dengan laut Prigi dan sekitarnya) dan agraris (dengan hutan dan pertaniannya). Alam Trenggalek, dalam hal ini Watulimo, menyediakan hasil pertanian berupa surga wisata buah-buahan.
Sebagian besar tempat wisata di Trenggalek memang berada di Kecamatan Watulimo. Di kecamatan ini tidak hanya wisata laut, wisata pertaniannya juga tidak kalah indah. Apalagi didukung dengan sumber daya alam yang melimpah. Kita tahu, di Kecamatan Watulimo, khususnya Sawahan, sudah dikenal sektor pertanian buah-buahannya. Dan, salah satu sektor pertanian yang terkenal adalah durian.
Buah yang satu ini kerap menghadirkan rasa penasaran tersendiri bagi para pencinta buah. Tak ayal, antusias pengunjung dalam acara kontes durian yang diadakan di Desa Sawahan (Minggu, 3 April 2016 ) tinggi. Hal tersebut terlihat dari pengunjung yang hadir, mulai dari usia muda hingga tua. Bahkan dari luar kota turut hadir menikmati semarak kontes durian di Sawahan.
Sebelum sampai di tempat kontes, saya dan beberapa teman berkunjung di Desa Sawahan. Jalur menuju ke lokasi acara sangat menghibur. Sesampai di pertigaan Winong—salah satu pedukuhan yang ada di Desa Sawahan—perjalanan ke tempat acara lumayan terjal. Aspal yang sudah mengelupas dari bahu jalan, menambah perjalanan kami sedikit terasa was-was. Bagi yang berjiwa petualang, situasi seperti itu tentu sangat mendukung.
Di sisi lain, ada pemandangan yang menyejukkan, khusus bagi para penggemar buah durian. Di sekitar jalanan menuju lokasi, kita disuguhi gundukan durian yang dipajang di depan rumah-rumah warga. Suasana seperti inilah yang mendorong saya—dan mungkin juga para pengunjung lain—betah bertahan terus melanjutkan ke tempat acara.
Sesampainya di lokasi, ternyata saya disambut selembar banner yang membentang: “Melalui Kontes Buah Durian Kita Bedah Informasi Tentang Potensi Investasi Produk-Produk Unggulan Agribisnis yang Ada di Perdesaan”. Di tengah perjalanan tadi, saya dan teman-teman berandai-andai bakal makan gratis buah durian asli petani Sawahan. Setelah sampai di lokasi kontes, angan-angan bakal banyak durian yang tersebar di stand-stand, buyar seketika. Pasalnya, perkiraan saya–yang di lokasi kontes durian ini akan banyak durian, serta dibebaskan untuk menikmati sepuasnya–tak terwujud. Di lokasi memang banyak stand, tapi malah berisi ibu-ibu PKK yang menjual aneka produk hasil keterampilan mereka. Produk keterampilan dari limbah sampah (tas yang terbuat dari bekas ale-ale), produk bakso ikan, kolak durian dan beberapa produk olahan ibu-ibu PKK.
Kontes durian sendiri dihadiri tidak lebih dari 50 peserta dari beberapa daerah. Yang cukup menyita perhatian pengunjung adalah mengenai keberadaan durian merah. “Durian merah ini berasal dari daerah Kalimantan,” ujar salah satu peserta.
Ngomong-ngomong, ada satu yang dilupakan oleh panitia, yaitu tidak adanya tempat pembuangan sampah di spot acara. Meski selang beberapa jam kemudian, pihak panitia sadar, yang dengan secara mendadak lalu mencarikan kantong-kantong plastik besar untuk tempat sampah. Kita semua mahfum, perkara sampah kecil saja memang bisa mengakibatkan ketidakakuran antartetangga. Karenanya, sebuah kegiatan sekecil apapun mestinya perlu memperhatikan kebersihan.
Kepala Desa Sawahan, Yani prasongko, sempat menuturkan mengenai acara kontes: “karena ini bisa menjadi momen yang spesial untuk sarana promosi wisata, khususnya sebagai desa wisata di Kabupaten Trenggalek.” Bagaimanapun kontes buah durian di Desa Sawahan ini memang bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan animo pengunjung, yang secara tidak langsung juga bisa meningkatkan PAD daerah melalui hasil pertanian para petani durian.