Menjelang magrib, Gus Zaki, Ketua Ansor Trenggalek, dan rombongan bertolak ke Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko. Perjalanan tersebut ia niatkan untuk menghadiri agenda diskusi di balai desa.
Rombongan dari organisasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, telah lebih dahulu berangkat sebelum asar. Mereka juga berniat menghadiri kegiatan rembug warga di tempat yang sama.
Jauh hari sebelumnya, Yoga, pemuda anggota karang taruna Desa Sumberbening, bercerita kepada Aliansi Rakyat Trenggalek perihal: bahwa ia pernah ditemui utusan PT SMN, Perusahaan tersebut merupakan pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP-OP) seluas 12.813,41 Ha di Kabupaten Trenggalek.
Kedatangan PT SMN memberi tawaran bantuan kegiatan agustusan kepada karang taruna Desa Sumberbening. Sebenarnya, hal serupa juga pernah dilakukan mereka, di antaranya menawarkan bantuan sapi kurban kepada Dian, warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Kampak. Meski tawaran tersebut berakhir dengan penolakan.
Rombongan Gus Zaki berhenti di masjid Desa Suruh untuk menunaikan sholat maghrib terlebih dahulu. Baru selepas adzan isya rombongan sampai di balai desa Sumberbening. Nampak di sana beberapa warga telah hadir, begitu pula dengan rombongan pertama yang berangkat lebih dahulu, juga sudah ada di lokasi.
Woro-woro kumpulan rembug warga Desa Sumberbening diumumkan di Group WA Aliansi Rakyat Trenggalek jam 11.52 siang oleh Wahyu. Anggota ART lain tanggap cepat perihal pemberitahuan tersebut. Gethok tular dari wa ke wa berhasil menghadirkan 100 orang lebih di balai desa.
Pemuda Sumberbening Resah
Yoga bersama rekan karang taruna lainnya merasa perlu untuk mencari pengetahuan terkait keresahan mereka. Sejak awal Yoga dan kawan-kawan tidak merelakan jika Sumberbening dijadikan area bisnis ekstraktif seperti tambang emas. Anugerah alam yang mereka nikmati sampai saat ini, sudah lebih dari cukup dan perlu dijaga.
“Mereka (PT SMN) sudah melakukan gerilya ke beberapa tokoh masyarakat, saat saya cangkrukan dengan para sinoman (anak muda), kok tidak ada pembahasan sedikit pun terkait tambang, apa sebenarnya sinoman tidak tahu jika sudah ada gerilya, atau dikiranya rame-rame dahulu (penolakan eksplorasi) sudah berhenti dan tidak ada kelanjutannya”
Lantas Yoga curhat kepada teman-temanya perihal ia ditemui oleh PT SMN, hasil cangkrukan bersama kawula muda tersebut menghasilkan kesepakatan untuk menjaga Sumberbening dari ancaman kerusakan tambang emas.
“Terus terang saya dan rekan-rekan tidak rela apabila desa kita yang ijo royo-royo, asri, diberikan oksigen banyak, bernafas gratis, minum gratis, mandi gratis, kita sepakat untuk tidak ada penambangan di sini” Terang Yoga.
Yoga berupaya untuk mendapatkan pengetahuan mengenai lingkungan hidup, mana saja wilayah Dongko yang masuk peta konsesi tambang dan juga mencari tahu bagaimana caranya membela diri dan masyarakat apabila ada ancaman. Keinginan Yoga dan pemuda Desa Sumberbening disambut baik oleh Aliansi Rakyat Trenggalek untuk turun melaksanakan rembug warga.
Kepala Desa Sumberbening: Warga Kami sangat Mencintai Lingkungan
Saat memberi sambutan rembug warga, Suyanto, Kepala Desa Sumberbening, menyatakan bahwa Warga Sumberbening sangat mencintai lingkungan yang mereka tempati.
“Alhamdulillah karena kecintaan kami terhadap lingkungan dan kesehatan, desa kami sudah dua kali mendapatkan juara adipura tingkat kabupaten. Di tingkat provinsi masuk lima besar desa berseri. Itu karena kepedulian kita terhadap lingkungan hidup dan kebersihan termasuk keindahan.” Ungkap Suyanto disambut tepuk tangan hadirin.
Suyanto telah menjabat kepala desa Sumberbening selama 3 periode. Sejak tahun 2007, ia berkali-kali menyatakan kecintaannya terhadap desa, alam dan lingkungannya. Namun meski demikian, ia mengakui jika Sumberbening menyimpan masalah. Desa Sumberbening hampir seluruhnya masuk dalam peta konsesi tambang emas PT SMN.
Sikapnya jelas, ia menolak rencana tambang emas di desanya karena dianggap akan membawa kehancuran desa. Akan tetapi, ia menekankan posisinya sebagai abdi masyarakat.
“Posisi saya adalah abdi masyarakat, saya intip hari ini masih aman, mungkin masih ada satu dua warga yang setuju, mungkin karena tidak berpikir panjang atau ada pertimbangan lain, tapi kita lihat mayoritas warga menolak eksploitasi”.
Suyanto pernah didatangi pihak PT SMN untuk menawarkan bantuan, namun ia mengaku belum bisa menerima karena ia mengetahui jika masyarakat menolak. Bantuan yang ditawarkan PT SMN beragam, melihat situasi kondisi masyarakat.
Jadi kita tidak benci orangnya, tapi menolak misinya
“Benar PT sudah bersilaturahmi ke saya, sebelum hari raya korban. Saya juga ditawari, tapi saya sampaikan, saya mengikuti masyarakat, jika masyarakat menerima otomatis saya menerima, tapi karena masyarakat belum mau menerima saya juga tidak menerimanya”
Suyanto pernah didatangi utusan perusahaan di rumahnya untuk memberi tawaran bantuan kegiatan PHBN namun tetap berujung penolakan.
“Kalau bicara butuh, kami juga butuh karena desa tidak menganggarkan untuk kegiatan PHBN, semisal saya terima dan yang 10% saya berikan ke panitia kan apik. Namun alhamdulillah, kita masih diberi hati nurani jadi saya tidak berani curang meski masyarakat tidak tahu”. Jelasnya sambil tertawa diikuti hadirin.
Suyanto berpesan kepada masyarakat untuk selalu waspada, karena bagaimanapun juga perusahaan akan menggunakan banyak strategi, ada strategi yang santun dan ada yang kurang ajar. Ia menekankan untuk jangan membenci orang SMN, karena menurutnya mereka ke Sumberbening dengan membawa izin yang telah dikeluarkan pemerintah.
“Jadi kita tidak benci orangnya, tapi menolak misinya”. Tawarnya kepada hadirin dan diikuti kata sepakat oleh mereka.
Mari Membagi Tugas bersama-sama Mengedukasi Masyarakat
Gus Zaki yakin masyarakat yang belum menolak bukan karena mereka suka tambang, tapi hanya belum tahu efek samping dari tambang.
“Mari kita edukasi bersama-sama, hasil riset dari ART siap kami bawa ke ranting-ranting kami di 157 desa untuk mengedukasi dan mengadvokasi masyarakat, sehingga penolakan tambang emas hadir dari semua masyarakat Trenggalek.”
Desa Sumberbening berada di lembah Gunung Semunglung, menyimpan sumber mata air yang selama ini dipakai masyarakat desa. Tutur dari mulut ke mulut, sumber air Sumberbening tidak pernah kering meski sedang kemarau. Bahkan airnya bisa dinikmati oleh masyarakat di luar desa.
Nama Sumberbening diilhami dari sumber mata air itu sendiri, yang berarti sumber mata air yang jernih. Ada air yang keluar dari balik batu dan airnya jernih dan bisa dikonsumsi masyarakat, mereka menamakan plancuran.
Gus Zaki sangat mengapresiasi langkah Kepala Desa Sumberbening yang telah menolak kehadiran tambang emas
“Saya angkat topi kepada mbah lurah yang sudah pasang badan, ini adalah lurah teladan”.
Kegiatan rembug warga di Desa Sumberbening diikuti warga dengan antusias hingga berakhir pukul 23.00 lebih. Materi edukasi disampaikan secara bergantian oleh Walhi, Jatam dan LBH Surabaya.
Salah satu warga mengatakan “saya jadi tahu kekayaan yang ada di desa saya sendiri, tambang emas ora ritek, kami sudah kaya, kami akan melindunginya.