Dukungan dan apresiasi adalah dua hal yang sangat diharapkan orang-orang kreatif yang ada di sekitar kita. Mereka berlomba untuk membuat kehidupan kita lebih mudah & indah. Dukungan atas proses kreatif yang mereka (orang-orang kreatif) lakukan sebenarnya jauh dari suara populis media-media arus utama (konvesional). Sering mereka bekerja dalam diam untuk menghasilkan sebuah karya yang dapat dibanggakan dan memiliki niat untuk mengubah pola pikir masyarakat sekitar tentang suatu permasalahan dalam masyarakat sendiri. Sepi ing pamrih, rame ing gawe itulah kata yang tepat untuk disematkan pada komunitas-komunitas yang berkarya dengan segala keterbatasannya.
Proses kreatif yang dihasilkan oleh banyak sekali komunitas atau pribadi sebenarnya juga butuh sebuah dukungan. Sekecil apapun dukungan tersebut akan mereka peroleh. Dukungan yang tidak harus diperoleh melalui jalur birokrasi, yang sudah kita tahu tentang kompleksitasnya. Mereka yang melakukan kerja kreatif juga mendapatkan tentangan dari lingkungan sekitar. Ini merupakan hal yang paling sering mereka alami dan merupakan ujian pertama yang membuat mereka berpikir ulang untuk proses kreatif berikutnya.
Mereka yang melakukan kerja kreatif sering menghadapi tantangan terbesarnya dari lingkaran paling kecil mereka sendiri. Apalagi kita hidup di Trenggalek yang jauh dari dukungan & apresiasi. Terkadang mereka hanya mendapatkan lirikan mata saat meminta dukungan dari sekitar mereka. Inilah yang akan kita semua hadapi jika berkarya di lingkungan masyarakat inferior, kita akan merasakan sendiri dalam proses tersebut.
Tidak berhenti di situ, jika mereka bertekad untuk menuntut perhatian pemerintah, dengan anggaran yang terbatas, pemerintah akan selalu mengesampingkan hal-hal baru. Apalagi yang dilakukan oleh pemuda, yang mereka anggap belum memiliki kemampuan untuk mendapatkan dukungan. Jika mereka mendapatkan dukungan, mereka juga akan disibukkan oleh masalah administrasi yang begitu ribet dan yang rentan terjadi kesalah prosedural.
Tantangan berikutnya adalah adanya sifat mirip kepiting yang saling menjatuhkan antarkelompok atau bahkan antarpribadi. Sifat ini yang membuat kerja kreatif jarang menjadi kekuatan besar untuk dapat mengubah sudut pandang masyarakat terkait masalah dalam masyarakat. Kelompok tersebut akan tersadar soal kebanggaan sempit terhadap organisasi mereka dan tak mau saling berkolaborasi untuk menciptakan suatu hal.
Hal ini adalah yang saya sebuat sangat lumrah terjadi dalam masyrakat inferior, yang tidak memiliki kebanggaan akan kekuatan kolektif. Yang perlu kita ingat bahwa negara ini didirikan oleh kerja keras yang panjang & kerja kolektif oleh para founding fathers yang menempatkan apa yang mereka yakini sebagai kebaikan bersama menjadi tujuan utama dari pendirian negara ini. Kerja kolektif juga hal yang membuat kita bisa bertahan hingga sekarang.
Mereka yang bekerja kreatif di Trenggalek mungkin belum mau untuk melakukan kerja kolektif secara massif. Mestinya kita harus dapat berkolaborasi dengan berbagai komunitas yang hadir di sekitar kita tanpa harus ribet mengurus soal eksistensi mereka.
Mereka semua butuh support system agar dapat saling berkolaborasi. Pemerintah tidak mungkin bisa meng-cover semua kebutuhan dari masing-masing komunitas atau individu. Melakukan kerja kolektif akan lebih mudah & murah untuk berkarya tanpa harus menunggu uluran tanggan dari pemerintah, tapi pemerintah juga harus ingat bahwa mereka tidak lantas lepas tangan.
Jika pemerintah memang tidak dapat memberikan berupa bantuan fresh money (kenapa saya sebut fresh money karena kelompok atau perorangan ini selalu menghendaki bantuan berupa fresh money), pemerintah bisa memberikan bantuan berupa mempermudah perijinan kegiatan dan sebagainya, yang menjadi domain dari pemerintah. Pemerintah juga bisa melakukan pembinaan melalui kegiatan-kegiatan reguler untuk mengapresiasi kerja kreatif mereka.
Support system yang harus dibentuk dari mereka sendiri memiliki kekuatan yang akan sangat luar biasa dibanding harus menjual idealisme mereka, kepada para pemodal yang mau mendanai dengan syarat-syarat yang membuat mereka justru akan terlihat tidak memiliki kebebasan berkarya. Saya sering menemukan bahwa para pekerja kreatif harus mengeluh atas apa yang mereka kerjakan.
Adanya komunitas besar yang dikelola oleh orang-orang yang ikhlas untuk menjadi support system bagi komunitas-komunitas kecil agar mereka dapat berkarya dengan idealisme yang diyakini. Ini merupakan hal yang masih jauh dari angan, layaknya rel kereta api, sejajar tetapi tidak pernah akan menyatu. Seadainya ada mungkin masih dari level kecil. Tapi kerja keras mereka adalah yang akan banyak menginspirasi orang-orang di sekitar untuk ikut menjadi support system, yang kelak menjadi sebuah ekosistem dukungan yang saling terkait antara satu kelompok/individu dengan yang lain.
Support system ini merupakan sebuah langkah besar bagaimana orang-orang yang bekerja Dn berproses kreatif akan mendapatkan kehormatan dari apa yang telah mereka lakukan dan akan menjadi kebanggan bagi mereka yang menjadi bagian dari support system tersebut.