Kemeriahan Malam Hari Raya di Dusun Kebon

Gema Takbir malam hari di akhir bulan Ramadhan 1440 H. lalu menandai tibanya Hari Kemenangan. Banyak warga masyarakat di Kecamatan Tugu berbondong-bondong keluar rumah merayakan hari yang sudah dinanti-nanti. Salah satu tujuan dari kebanyakan warga Kecamatan Tugu adalah pergi ke Dusun Kebon, Desa Gondang, untuk melihat kemeriahan malam hari raya di desa tersebut. Kebon memang sudah tenar ke seantero Tugu, tentang bentuk perayaan malam lebarannya. Ada yang menyalakan mercon,pesta kembang api juga menerbangkan balon udara.

Agus Syaifuddin, seorang warga Desa Sukorejo, sengaja ingin memeriahkan malam takbiran dengan datang dan berkeliling Desa kebon mencari suasana yang meriah bersama teman-temannya. Di setiap malam takbir, ia menyempatkan hadir di Desa Kebon, selain melihat pesta kembang api dan mercon, juga berharap menemukan balon udara yang jatuh.

Biasanya kembang api  dinyalakan setelah sholat Isya. Tempat untuk menyalakan pun berbeda-beda di setiap lokasi: ada yang di rumah-rumah warga, ada yang di masjid, juga ada yang di mushola. Untuk pendanaan, ada yang pribadi, secara jamaah ataupun sumbangan sukarela. Persiapan untuk pesta malam hari itu sudah dari jauh hari-hari. Dimulai dari mencari sumbangan di awal puasa yang berkeliling dari rumah ke rumah sampai menyiapkan tempat khusus untuk menyalakan.

Untuk kembang api yang digunakan masih kembang api tradisional. Dibeli dari luar daerah, dan cara menyalakannnya masih menggunakan korek api. Meski begitu, tidak mengurangi kemeriahan akhir bulan puasa kemarin. Karena penyalaannya dibuat serempak: menjadikan rentetan bunyi kembang api menjadi lebih meriah dan enak dilihat.

Durasi kembang api di setiap tempat berbeda-beda, ada yang 1,5 jam ada yang 1 jam, tergantung dari dana untuk membeli kembang api. Jika tempat 1 yang sudah kehabisan, tempat yang lain akan memulai untuk berpesta dengan kembang api, dan begitu seterusnya hingga pukul 11 malam.

Selain kembang api juga ada balon udara dan mercon. Meskipun untuk kegiatan yang satu ini dilarang oleh pihak kepolisian. Dikhawatirkan dapat menyebabkan kebakaran rumah maupun kebun tebu. Akibat api yang ditimbulkan dari lilin yang masih menyala pada waktu balon turun. Balon udara bisa juga mengganggu penerbangan pesawat. Walaupun sudah ada imbauan dari pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan, tetap saja banyak warga yang membuat dan menerbangkan balon ke udara.

Tindakan preventif juga sudah dilakukan dari pihak kepolisian yaitu dengan memberi imbauan langsung ke masyarakat setelah sholat tarawih dari masjid ke masjid juga dari mushola ke mushola. Ada juga pemasangan pamflet berisi imbauan langsung dari Kapolres Trenggalek, AKBP Didit Bambang Wibowo S,S.I.K. M.H.

Begitu pun dengan mercon, masih ada warga yang secara sembunyi-sembunyi membuat dan menyalakan mercon. “Ini adalah tradisi dari zaman dahulu Mas, dari jaman bapak saya sampai kakek moyang saya. Jadi kami akan tetap melestarikan ini. Ibarat kata, belum afdhol jika hari raya tidak ada balon udara dan mercon,” ujar salah seorang remaja yang membuat balon udara dan mercon.

Jalan di sana macet karena antusiasme warga dari desa maupun luar desa  untuk melihat pesta yang diadakan setahun sekali tersebut. Banyak warga mengapresiasi kegiatan hiburan rakyat ini. Karena juga banyak orang-orang dari perantauan pulang kampung ke Desa Gondang untuk merayakan hari kemenangan bersama keluarganya.

Dalam kegiatan tersebut meskipun banyak sekali uang yang harus dihabiskan untuk membeli perlengkapan, kepuasaan yang didapat sebanding dengan antusiasme masyarakat yang hadir melihat perayaan. Hal itu juga disampaikan oleh salah satu remaja masjid yang menjadi panitia perayaan malam takbiran.

Esai di atas adalah tulisan dari salah satu peserta workshop literasi berbasis pesantren yang diselenggarakan pada 23-24 Juni 2019 oleh nggalek.co bekerja sama dengan LP2M UIN Maliki, Malang

Artikel Baru

Artikel Terkait