Berorganisasi untuk Masa Depan

Organisasi merupakan bagian terpenting dalam hidup. Dengan berorganisasi seseorang dapat menentukan arah masa depannya. Dengan berorganisasi pula, kita bisa membaur dengan masyarakat sekitar pada umumnya.

Inilah sekelumit pengalaman saya berorganisasi di tingkat pelajar yang sudah membuat saya mengubah gaya hidup yang semula pemalu dan tidak berani berbicara di depan umum, menjadi pemberani dan tidak malu berhadapan dengan masyarakat umum.

Kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan keburukan yang terorganisir.” Ungkapan tersebut seakan membuat saya tergugah untuk mengikuti organisasi. Banyak hal yang saya dapatkan dalam organisasi yang saya ikuti, saya pernah di OSIS, di situ saya mendapatkan berbagai pengalaman di antaranya, saya mampu berkomunikasi dengan Bapak/Ibu Guru di sekolah sedekat hidung dan mata.

Dalam arti, saya bisa melihat dan menyaksikan langsung guru mengarahkan kita satu tim untuk kerja kompak, totalitas dan kerja sama yang kuat.

Sebaik apa pun kita dan semampu apa pun kita, jika tidak diorganisir, jika tidak dilandasi dengan aturan-aturan yang jelas, maka semua akan sirna oleh suatu kejahatan yang ditata rapi pelakunya. Organisasi mengajarkan saya tentang suatu kesetiaan yang hakiki. Saya yang berkecimpung di organisasi pelajar bisa merasakan hal itu.

Di organisasi pelajar sifatnya non profit, artinya organisasi tidak mengambil keuntungan, tapi memperoleh pengalaman dan mengambil hikmah dari organisasi, seperti organisasi pelajar yang ada di lingkup lembaga sekolah. Ini merupakan organisasi yang sifatnya untuk meraih pengalaman dan bekal masa depan.

Organisasi menjadi satu hal yang mendasar untuk dipelajari karena di organisasi bukan hanya mengajarkan kerja sama dan kekompakan dalam tim serta tipe kepemimpinan yang ditunjukkan oleh ketua dalam organisasi tersebut, melainkan juga mengajarkan bagaimana cara kita berteman dan cara kita untuk memotivasi anggota yang lain jika dia menghadapi sebuah masalah.

Organisasi juga mengajarkan kita akan pentingnya komunikasi antara anggota lain, yang nantinya akan berhubungan dengan organisasi tersebut.

Budaya berorganisasi sudah saya pegang dari sejak saya masuk SMA sampai saat ini. Banyak yang bilang ke saya, kalau saya adalah “manungsa kaya lawa”, artinya manusia seperti kelelawar: siangnya sembunyi tapi malamnya entah tidak tahu ke mana selalu pergi.

Ungkapan itu tidak membuat semangat saya luntur, saya terus berorganisasi semampu saya dan semaksimal mungkin. Tak lupa, saya tidak abai dengan studi yang insya Alloh sebentar lagi selesai. Sejak saat itu, jiwa organisatoris sudah melekat pada diri saya.

Jalannya suatu organisasi berdasarkan pengalaman yang saya dapatkan juga tergantung dari segi material yang ada, misalnya dana atau fasilitas yang dibutuhkan dalam suatu organisasi. Tanpa adanya hal tersebut jalannya organisasi akan terhambat. Adanya pengaruh dari orang dalam dari sebuah organisasi dapat meningkatkan kinerja dan dapat menambah semangat dalam berkiprah di sebuah organisasi.

Dikatakan oleh seorang aktivis organisatoris bahwa “ora perlu ketok tenar, sing penting gelem tandang”, maksud dari perkataan ini ialah “tidak perlu kelihatan terkenal, yang penting mau bekerja.” Berorganisasi itu tidak perlu mencari ketenaran, yang penting kita punya pengalaman itu sudah cukup. Kita terkenal tapi kita tidak punya pengalaman ya buat apa? Tidak ada gunanya kita terkenal kalau tidak punya pengalaman apa-apa.

Kata Pak Jokowi (bukan bermaksud kampanye loh…), “Yen sira pinter aja minteri, yen sira banter aja ndisik i, yen sira sekti aja mateni.” Saya mengartikan maksud dari ungkapan di atas ialah: pertama, jika kamu pandai maka jangan membodohi teman kalian, dalam organisasi kita dituntut untuk kerja sama dan gotong-royong saling membantu tidak seenaknya saja. Yang pandai menyuruh anak-anak yang biasa-biasa saja “petentang-petenteng” sambil bentak-bentak nyuruh temannya kerja eh dianya malah asyik-asyikan main handphone. Tidak seperti itu.

Kedua, jika kamu larinya cepat, maka jangan mendahului temanmu yang masih ada di belakang. Dalam organisasi kita dituntut untuk berlari dan berjalan sama-sama artinya tidak saling mendahului tidak saling meninggalkan. Kita berjalan selaras apa adanya menurut aturan organisasi kita masing-masing. Ungkapan lain seperti ini, “organisasi kui mlaku bareng, ora mlaku dewe-dewe. Yen mlaku dewe pincang, jeneng e maleh lomba.”

Ketiga, jika kamu sakti atau punya banyak ilmu, maka jangan sekali-kali kamu membunuh teman organisasimu sendiri dengan lontaran-lontaran argumen yang akan membuat suasana dalam organisasi tersebut menjadi dingin sedingin cuaca malam yang menembus tulang-tulang dalam tubuh kita. Dalam organisasi kita dituntut untuk saling memaafkan, saling bercerita satu sama lain. Supaya apa? Supaya nantinya “cemistry” dalam organisasi akan tumbuh antara sesama anggota.

Dari ketiga ungkapan Bapak Jokowi di atas, saya pegang sampai saat ini agar kelak saya menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain, karena “khoirunnasi anfa’uhum linnas.” Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Dalam organisasi kita dituntut untuk loyal, artinya hati dan juga pikiran kita harus selalu istikomah dalam menjalankan organisasi. Semangat berorganisasi harus selalu dikobarkan pada setiap anggota. Untuk apa? Untuk menumbuhkan rasa empati dan simpati kita terhadap sesama manusia, baik di lingkup organisasi maupun di luar organisasi, yang berarti masyarakat umum. Karena organisasi merupakan miniatur sebuah negara. Di situ, nanti mengatur jalannya pemerintahan yang ada di negara tersebut.

Pengalaman yang saya rasakan ketika ikut organisasi ialah sangat berkesan, karena saya mendapatkan banyak hal, seperti yang dulunya tidak bisa bicara di depan khalayak umum, setelah ikut organisasi beberapa bulan, saya sudah mulai bisa dan memberanikan diri untuk tampil di depan umum.

Organisasi mengajarkan saya tentang kesetiaan dan gotong royong, seperti menata tempat ruang kegiatan yang biasanya dilakukan oleh perorangan. Sebab, jika di organisasi bisa dilakukan secara bersama sama.

Banyak hal yang orang alami di dalam organisasi, bahkan ending dari organisasi tersebut ada beberapa yang menempuh jalur pelaminan. Mereka ini termotivasi oleh kata-kata: “Nikahilah teman organisasimu, maka sempurnalah organisasimu.” Kata-kata tersebut seakan mendorong kita untuk menyempurnakan organisasi dengan cara menikahi teman satu organisasi kita. Padahal tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut.

Jika boleh komentar terkait hal itu, maka saya tidak setuju dengan adanya perkataan tersebut. Karena yang terpenting dari akhir sebuah organisasi ialah orang itu dapat mengamalkan pengalaman yang didapatnya dari organisasi pada orang di sekitarnya maupun di masyarakat umum yang membutuhkan. Saya rasa itu lebih bermanfaat.

Esai di atas adalah tulisan dari salah satu peserta workshop literasi berbasis pesantren yang diselenggarakan pada 23-24 Juni 2019 oleh nggalek.co bekerja sama dengan LP2M UIN Maliki, Malang.

Artikel Baru

Artikel Terkait