Sejauh sorot mata memandang keindahan alam, kita sering dibuat takjub olehnya. Pesonanya memancarkan keindahan dan kita sering terpukau kala memandang. Pada tiap-tiap bingkai keindahan kerap tersusun oleh kehijauan yang menyejukkan. Keindahan itu ada pada landskap gugus alam agraris: perbukitan dan pegunungan, dan maritim: eksotisme laut/ pantai yang biru dan yang lainnya.
Selain dua landskap itu, alam kita dianugerahi hamparan flora dan fauna (di dalamnya tumbuh rempah-rempah), yang dapat ‘mengundang’ negara kulit putih, bertamu ke negara kita. Selain bertandang, mereka ngiler dan mengusung rempah-rempah itu ke negaranya puluhan tahun lamanya.
Karena itu, selain menghadirkan cerita-cerita heroik, kekayaan dan keindahan alam menampilkan kisah-kisah pilu: penjajahan, darah, air mata, kemiskinan, kesengsaraan dan ketidakadilan. Seolah negara kita ditakdirkan sebagai negara besar tapi harus terlebih dahulu melalui perjuangan oleh para pahlawan kemerdekaannya.
Kota Gaplek ini memiliki kekayaan alam yang sama-sama eksotis—agraris: perbukitan dan pegunungan dan maritim (laut-pantai)—yang siapa pun tak menolak untuk berkunjung dan bermain-main.
Namun dari sisi historis-nya Trenggalek merupakan daerah penyandang statemen daerah miskin nan minus. Masyarakatnya dulu dianggap udik dan terbelakang alais ndesit (ndesa), sehingga kerap mengalami krisis kepercayaan. Tidak hanya itu, nama Trenggalek juga sempat dicoret dari peta Indonesia. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, Trenggalek pernah dihapus dan beberapa wilayahnya pisah dan masuk di kabupaten tetangga.
Dan, kini, Kabupaten Trenggalek telah berdiri 823 tahun lamanya, dengan dinamika permasalahannya yang menerpa. Pemerintah telah mengambil kebijakan yang mengukuhkan bahwa Trenggalek adalah indah. Yang mengubah etos dalam branding kota dari Trenggalek Berteman Hati menjadi Trenggalek Sounthern Paradise. Kiranya ini merupakan keputusan yang bijak untuk meneguhkan bahwa Trenggalek adalah daerah yang patut dikunjungi dan dinikmati dengan segala keindahan dan kenyamanannya.
Sebab, Trenggalek yang menempati topografi agraris; perbukitan dan serta maritim; pantai-laut. Hijau bukit dan pegunungannya dan laut yang biru nan indah, serta memiliki laut (dengan pasir putih yang lembut) menawarkan keramahan, keindahan dan kenyamanan sehingga menarik wisatawan mengenal Trenggalek.
Sementara, pariwisata adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap orang yang melakukan rekreasi dan perjalanan (Parlementaria: Nomor 973/IV/VIII2017, edisi Agustus 2017). Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis nasional maupun regional sebagai penyumbang devisa dan PAD daerah, selain instrumen pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Berangkat dari kaca mata pemuda desa (Jawa) partikelir dan terlahir dari balik gunung (anak gunung) dan pesisir, saya berusaha yakin, bahwa tidak ada yang menolak pariwisata. Sebab lokasi wisata adalah tempat manusia memuaskan nafsu pelesirnya. Indikator kebahagiaan seseorang adalah mereka menemukan tempat bermain dan memiliki sarana bermain dan meluangkan waktu barang sekali dua hari berkumpul bersama keluarga. Para jomblowan-jomblowati mendapat tempat untuk melupakan kesendiriannya. Para pekerja-buruh mendapat jatah cuti berkunjung di tempat wisata. Para guru PNS maupun honorer mendapat liburan di tempat-tempat wisata bersama murid-muridnya.
Para wisatawan adalah makhluk yang butuh tempat-tempat bermain dan berekreasi. Kiranya Trenggalek adalah tempat yang tepat untuk pelesir bersama air dan bermain di pegunungan/perbukitan. Dua landskap destinasi yang bisa didapatkan saat Anda berkunjung ke Kabupaten Trenggalek.
Sementara, dari sektor pariwisata Kabupaten Trenggalek bisa melawan judge-judge negatif, yang telah lama dialamatkan pada kota penghasil gaplek ini. Apalagi pemerintah Trenggalek lagi concern menggarap kawasan smart city yang terletak di pesisir selatan. Berbagai tempat dan sektor penunjang direnovasi dan dibangun. Sektor pariwisata adalah keniscayaan, karena niscaya maka dibutuhkan banyak perbaikan yang berkesinambungan. Mestinya itu semua hasil dari partisipasi aktif pemerintah, para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, serta masyarakat lokal.
Dilihat dari perkembangannya, masyarakat sadar wisata semakin pesat. Hal tersebut tergambar pada upaya masyarakat dalam menyulap objek-objek kurang produktif menjadi objek wisata. Selain itu, adanya organisasi atau komunitas menggelar even dengan konsep lokalitas sebagai ciri khas kedaerahan adalah tindakan partisipasi progresif. Dampaknya akan membantu daerah untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan serta meningkatkan ekonomi kreatif warga.
Saya sangat sadar. Saudara, keluarga, tetangga serta kawan-kawan mencari nafkah dari jalur ini. Dari merekalah keluhan-keluhan tentang pariwisata, misalnya tentang kenyamanan, kesemrawutan tata kelola parkir, mafia tiket, sampah yang berserakan di mana-mana, dan berbagai permasalahan yang lainnya kita dengar. Hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab bersama, masyarakat dan pemerintah daerah sepatutnya saling bersinergi.
Namun kita juga harus cerdas pula, merujuk pengamatan anak desa partikelir yang lahir dari balik riang ombak laut selatan, masyarakat kota mengalami pergeseran perilaku atau nyaris terbalik, di mana orang-orang kota ingin ke desa (kampung) mencari tempat dan menikmati suasana dan ciri khas kampung selepas mengalami hiruk-pikuk kota. Sebab itu, pembangunan di kampung-kampung (desa-desa di Trenggalek) tak usah menengok tata kelola perkotaan atau lainnya. Biarkan desa tetap menjadi desa dengan ke-khas-an bentuknya.
Sebab, jika orang kota pergi ke desa, tak menjumpai apa yang semestinya dibangun dan didirikan di desa, maka sama saja goroh (bohong), tak ada gunanya pergi ke desa. Seperti yang diungkapkan oleh penyanyi asal Pasundan, Doel Sumbang, dalam lagu Momotoran, yang prihatin dan menyayangkan akan kondisi alam pegunungan dan pesisir pantai, yang ternyata jauh dari kata ‘indah’, yang kini dipenuhi gedung-gedung bertingkat.
Setiap tempat di Kabupaten Trenggalek memiliki point of view yang berbeda-beda dan menawarkan kepuasan spiritual yang berbeda-beda pula. Misalnya Negeri di atas Awan—Bukit Banyoan memenuhi kepuasan ketinggian. Munjungan yang merintis tumbuhan Mangrove merupakan upaya melindungi ekosistem laut seperti di Pantai Cengkrong. Konservasi Penyu di Pantai Kili-kili, Panggul, merupakan tempat wisata edukatif. Pantai Prigi, Cengkrong, dan Pantai Pasir Putih menjadi destinasi unggulan dengan pantainya.
Tradisi Labuh Laut, baik di Pantai Prigi, Pantai Karanggoso, atau pantai di Munjungan, yang telah menjadi agenda tahunan merupakan sektor budaya dan kultur masyarakat. Ini merupakan pariwisata historis yang patut diuri-uri. Selain itu, desa wisata dengan berbagai produk unggulannya, seperti desa wisata di Desa Sawahan dan Desa Dompyong. Di Trenggalek juga banyak tempat yang menjadi rujukan pariwisata. Hutan Jaas dan Hutan Kota juga lumayan asoy dikunjungi.
Julukan Trenggalek sebagai kota pariwisata adalah sebenarnya telah melekat sejak lama. Trenggalek adalah sebuah kota pariwisata, ini adalah keniscayaan. Dari potensi alam itu, Trenggalek sebenarnya memiliki ‘Kartu AS’ untuk menutup ‘perjudian’ yang dikenal dan dikunjungi masyarakat luar.