Pelatihan Guru Rp 200 Ribu: Satu Jam Lebih Dekat dengan Bupati, Jauh Lebih Mahal dari Pulsa

Sebagai orang yang pernah sekolah dan sesekali dekat dengan guru BP, saya tahu betul kalau guru itu makhluk paling sabar se-kabupaten. Sudah mengajar murid yang bandelnya seperti gigi anak SD—berantakan dan tumbuh tak tentu arah—eh, sekarang masih juga harus bayar Rp 200 ribu demi ikut pelatihan yang dikasih tajuk keren: Amazing Great Teacher.

Bukan biasa-biasa teacher, lho. Tapi amazing. Luar biasa. Hebat. Membahana. Menggetarkan langit dan bumi Trenggalek.

Tapi jangan salah sangka, bukan cuma belajar strategi mengajar atau bikin RPP yang tidak bikin kepala nyut-nyutan. Di dalamnya juga ada sesi pamungkas: “Satu Jam Lebih Dekat dengan Bupati Trenggalek.”

Waduh, ini pelatihan atau meet and greet?

Lha wong saya dulu daftar pelatihan gratisan aja masih milih-milih, ini guru harus bayar Rp 200 ribu, terus bonusnya adalah nonton bupati bicara di depan layar. Kalau begitu, saya usul sekalian aja bikin fansign digital. Kan lumayan, bupati bisa melambaikan tangan, guru-guru bisa baper.

WhatsApp Image 2025 06 23 at 14.04.10 cfb7d562
Flayer Amazing Great Teacher
WhatsApp Image 2025 06 23 at 14.04.23 26cb9430
Surat dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Trenggalek kepada calon peserta.

Masalahnya bukan pada keberadaan bupati. Wong beliau pejabat publik, silakan saja hadir. Tapi yang jadi ganjalan adalah kenapa sesi bupati malah ditaruh paling depan, ditulis pakai huruf miring, dan dikasih judul manis? Seolah-olah ini highlight acara. Padahal yang dibutuhkan guru itu pelatihan, bukan inspirasi bergaya sambutan tujuh menit di peresmian gapura.

Yang bikin lebih greget, biaya Rp 200 ribu bisa diambil dari dana BOS. Dana yang harusnya dipakai beli spidol, papan tulis, atau snack anak-anak saat kegiatan literasi. Tapi sekarang bisa dipakai buat “mendekat” ke bupati. Bukan main. BOS kini bukan Bantuan Operasional Sekolah, tapi Bantuan Operasional Selfie.

Saya curiga, jangan-jangan nanti peserta pelatihan juga dikasih background Zoom pakai foto wajah bupati biar lebih terasa aura karismatiknya.

Lucunya lagi, pelatihannya dilakukan daring. Artinya, guru tidak dapat jabat tangan, tidak dapat kaos, tidak dapat konsumsi. Cuma dapat suara bupati dan sertifikat PDF. Mirip beli pulsa, tapi nggak bisa dipakai nelpon.

Tentu saja, saya tidak sedang menyalahkan bupati. Beliau cuma diundang. Tapi penyelenggaranya ini loh, yang kayaknya terlalu semangat menjual citra pemimpin daerah di atas nama “peningkatan kompetensi guru.”

Guru bukan pangsa pasar, dan pelatihan bukan etalase politik.

Jadi, untuk guru-guru hebat di Trenggalek, tetap semangat, ya. Walaupun sekarang harus bayar untuk mendekat, semoga ke depan bisa belajar tanpa harus membeli tiket temu pejabat.

Karena sejatinya, pelatihan terbaik itu bukan yang mahal dan berbintang. Tapi yang membekali guru agar bisa bertahan di kelas dengan murid yang hobinya nanya, “Bu, ini buat apa, sih?” tiap dua menit sekali.

Artikel Baru

Artikel Terkait