Kehilangan Sumber Mata Air adalah Kehilangan Kehidupan

Air adalah salah satu sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk hidup yang ada di muka bumi. Sebagai sumber kehidupan, air harus kita jaga dengan baik dan jangan sampai rusak atau tercemar oleh ulah kita sendiri.

Rencana penambangan yang akan dilakukan PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) di Trenggalek akan mengancam beberapa titik sumber mata air di lokasi konsesi pertambangan. Menurut Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), pertambangan emas akan mengancam 152 mata air milik 16 desa di Kabupaten Trenggalek. Selain itu, pertambangan emas juga bisa memberikan dampak perusakan lingkungan dan budaya yang ada di sekitar sumber mata air.

Memang saat ini kita belum merasakan secara langsung dampak yang akan terjadi, tetapi kita bisa belajar dari kasus pertambangan yang ada di sekitar kita.

Trenggalek, Benteng Alam Terakhir
Konsesi eksploitasi tambang emas PT SMN di Trenggalek/Foto: ESDM MODI (tangkapan layar)

Menengok kasus pertambangan yang ada di belahan timur Indonesia, Provinsi Papua, yang terdapat perusahaan multinasional PT Freeport Indonesia. Perusahaan itu sudah beroperasi sejak 1966 hingga saat ini, dan telah menimbulkan berbagai masalah bagi lingkungan. Kerusakan yang diakibatkan oleh PT Freeport terhadap kesehatan masyarakat dan penghidupan, terus menjadi masalah yang tidak terselesaikan.

PT Freeport telah mencemari lingkungan dari limbah sisa pertambangan emas yang merusak air, sungai, dan penggunaan hutan lindung. Pencemaran ini diakibatkan dari pengendapan sedimen, kandungan limbah logam, dan kandungan berbahaya lainnya dari proses pertambangan. Selain itu, pembuangan limbah ke Sungai Ajkwa sudah sampai ke pesisir laut Arafuru. Limbah itu mencemari perairan di muara Sungai Ajkwa, membuat ekosistem makhluk hidup terkontaminasi, dan mengancam perairan dengan air asam yang berjumlah besar.

Ancaman kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh industri pertambangan memang akan terus merusak kehidupan manusia. Lingkungan adalah tempat yang harus kita jaga dengan baik agar kehidupan tetap seimbang. Keberadaan pertambangan menjadi ancaman bagi kehidupan. Seperti dampak kerusakan sumber mata air yang akan terjadi karena adanya pertambangan.

Masyarakat mendulang di sungai Ajkwa yang menampung limbah produksi Freeport
Masyarakat mendulang di sungai Ajkwa yang menampung limbah produksi Freeport/Foto: Vembri Waluya (jubi.co.id)

Seperti pernyataan Koordinator JATAM Nasional, Merah Johansyah, dalam diskusi publik “Rakyat Trenggalek Waspada Tambang Emas” yang diadakan oleh Aliansi Rakyat Trenggalek, pada Rabu 15 September 2021. Merah mengatakan, kekayaan Trenggalek, jauh lebih besar daripada emas yang digali. Merah juga menyampaikan, tidak ada ceritanya pertambangan yang memberi kesejahteraan.

“Hanya mitos jika pertambangan itu membuat kekayaan. Ekspansi pertambangan justru membawa kemiskinan dan penyakit,” tegas Merah.

Dampak pertambangan akan sangat terasa pada kehidupan kita, dimulai dari sumber kehidupan, yaitu air. Pertambangan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan akibat limbah operasional pertambangan (tailing) di sungai, hutan, dan laut. Tailing yang dihasilkan dari pertambangan ini akan mencemari air yang menjadi sumber kehidupan kita.

Trenggalek memiliki banyak sumber mata air bisa terancam rusak dan hilang. Tidak hanya rusak dan hilang, masyarakat sekitar Trenggalek juga akan mendapat dampak karena sumber mata air yang berada di konsesi pertambangan bisa tercemar dan mengancam ekosistem di sekitarnya.

Aksi Hari Air Sedunia oleh Warga Papua, Tuntut Tutup PT Freeport dan Tolak Otsus Jilid II
Aksi Hari Air Sedunia oleh Warga Papua, Tuntut Tutup PT Freeport dan Tolak Otsus Jilid II/Foto: laolao-papua.com

Mengingat dampak yang begitu besar bagi kehidupan, tambang memang bukan solusi untuk pengembangan wilayah. Tambang hanya akan merusak dan membunuh kehidupan di sekitarnya.

Saya sendiri tinggal di Trenggalek dan tidak masuk dalam konsesi pertambangan. Tetapi melihat dampak yang akan terjadi di beberapa daerah pertambangan, saya sangat takut jika tambang akan hadir di kota ini.

Melihat dari kondisi pertambangan yang ada di berbagai wilayah Indonesia, saya merasa jangan sampai kota yang asri ini berubah menjadi daerah pertambangan yang panas dan sumpek. Seperti kemarin, saya sempat tinggal beberapa minggu di daerah pertambangan merasa bahwa suasana yang tidak enak dan seperti tidak bisa menghirup udara segar.

Selain itu belum adanya penambangan di wilayah Trenggalek sudah terjadi beberapa perubahan pada ekosistem air. Seperti yang diceritakan Beni Kusuma Wardani, dalam esai “Tak Ada Udang di Balik Batu” di laman nggalek.co, ia mengeluhkan bahwa makhluk hidup di sekitar sungai tempatnya tinggal sudah hilang. Hal ini bisa diidentifikasi bahwa air di sungai tersebut sedang tidak baik-baik saja.

Jika terdapat pertambangan di Kabupaten Trenggalek dan menimbulkan dampak seperti yang dialami oleh saudara kita, mau menjadi apa kita semua? Jadi lebih baik wilayah Trenggalek ini jangan sampai dirusak oleh industri tambang.

Artikel Baru

Artikel Terkait