Melepas Stereotip Trenggalek Kolot

Dahulu ada desain kaos yang sempat menjadi kegemaran anak-anak muda Trenggalek. Kaos itu seperti kaos-kaos pada umumnya, yang berbeda adalah sablon yang ditorehkan dalam kaos tersebut: bertuliskan “Trenggalek itu mana?”.

Trenggalek itu mana? Ditulis degan warna kuning di atas kain cotton hitam. Sederhana memang, tapi desain tersebut mengindikasikan pembuatnya, yakni Monochrome. Dia memang senang membuat desain kaos dua warna. Kalau tidak hitam kuning, ya hitam putih.

Yang membuat unik, bukan perkara desainnya juga, tapi pada narasi di atas kaos tersebut. Kalimat Trenggalek itu Mana? menjadi seperti teriakan pengide akan kondisi Trenggalek yang sebenarnya.

Jual Kaos trenggalek itu mana di Lapak yudha ari pratama | Bukalapak
Kaos Trenggalek itu Mana? Karya Rangga Monochorme

Memang Trenggalek jarang dikenal oleh orang dari berbagai kota lain. Bagi orang Trenggalek sendiri yang kebetulan hidup di luar kota, mengatakan ia berasal dari Trenggalek kepada orang yang menanyainya, bukan menjadi pilihan.

Paling banter mereka mengatakan “Saya berasal dari Tulungagung” atau jika masih ingin membawa Trenggalek, mereka mengatakan “Saya dari Prigi, Watulimo”.

Setahu saya, Prigi lebih dikenal orang ketimbang Trenggalek. Padahal Prigi ada di Trenggalek.

Bukan bermaksud tidak menyukai tanah kelahiran sendiri, namun mengatakan kata Trenggalek kepada orang dari luar Trenggalek akan lebih lama dipahami.

Maka, kalimat “Trenggalek itu Mana?” tidak lain diilhami oleh pertanyaan balik dari orang yang menanyakan: “Kamu dari mana”. “Saya dari Trenggalek”. “Trenggalek itu mana?”.

Bagi saya sendiri, menjadi orang Trenggalek tidak memalukan. Justru menggemberikan. Kegembiraan ini bukan karena kebetulan saya dilahirkan di sini, namun oleh sebab saya tahu bahwa Trenggalek memang layak untuk dibanggakan.

Tentu saja, pengetahuan ini tidak terlepas dari pembacaan mengenai sejarah-sejarah kunci yang membentuk Trenggalek menjadi seperti ini.

Manusia Trenggalek secara SDM bisa diandalkan. Itu terbukti dari torehan-torehan prestasi non formal yang mampu menggedor pintu nasioanal.

Misalnya Mustofa Kepala Jenggot, seorang Youtuber asal Trenggalek. Beberapa kali ia bisa menggedor pintu publik tingkat nasional dengan karya-karya autodidaknya.

Dia memodifikasi motor honda grand dan NMax lalu digabungkan menjadi satu. Ia menamai projeknya ini dengan nama motor Grandmax. Gabungan motor Honda Grand dan Yamaha NMax.

Kreativitas Tanpa Batas, Honda Astrea Grand Ini Dikawinkan dengan Yamaha NMAX Jadi Grand Max - Tribunnews.com Mobile
Kreativitas Tanpa Batas, Honda Astrea Grand Ini Dikawinkan dengan Yamaha NMAX Jadi Grand Max – Karya Bapak Mustofa Kepala jenggot

Baru-baru ini dia juga membuat ontran-ontran anyar. Setelah berhasil merasakan sensasi viral melalui Yamaha Honda Grandmax-nya, ia membuat gabungan sepeda pancal dengan Yamaha Enmax.

Tentu saja sepeda itu tidak digerakkan mesin, tetapi dengan dipancal. Hanya saja, jika dilihat dari depan, sepeda itu sudah membo-membo sepeda motor.

Ketika tesdrive ia membawanya ke jalan raya dan melewati penjagaan polisi. Otomatis, polisi yang mengetahui langsung menghentikan aksinya tersebut, lantaran dikira mengendarai motor namun tidak pakai helm.

Sepeda 'Yamancal NMax' Membuat Polisi Terkecoh hingga Diinterogasi: Jangan Bikin Motor Gini Bos - Pikiran Rakyat Depok
Sepeda Yamancal NMaX – Karya Bapak Mustofa Kepala Jenggot

Otomatis ketika sudah mengetahui kebenaran modif sepeda tersebut, polisi langsung terkekeh-kekeh. Namun ada juga yang marah karena merasa dikerjai. Memang edan, ide seperti itu hampir tidak pernah dipikirkan oleh siapa pun.

Beberapa gagasan yang dibuat oleh cah-cah Trenggalek tersebut, tidak lain sebenarnya ingin menggedor kembali pikiran publik, bahwa dibalik stereotip “kolot” yang tersemat pada Kabupaten Trenggalek, sebenarnya pandangan lawas yang mungkin masih dipertahankan, baik oleh masyarakatnya sendiri maupun oleh pemerintah.

Cah-cah yang memiliki gagasan out of the box lagi mampu membuktikan menjadi sebuah karya, tidak ingin berlarut-larut mempertahankan stereotip kolot yang sudah sejak lama bercokol dalam pikiran publik.

Hanya saja, orang-orang ini, cah cah Trenggalek, berada pada lingkungan yang tidak mendukung kreativitas berkembang biak layaknya di kota-kota besar.

Ekosistemnya memang belum terbentuk, sehingga jika ingin menggedor pintu publik nasional, butuh upaya yang tidak sederhana. Meski demikian mereka nyatanya bisa.

Sebenarnya Trenggalek itu Hebat

Jika mengacu pada tokoh yang harus dibanggakan oleh Trenggalek, kita bisa merujuk pada nama-nama besar.

Soeprijadi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Soeprijadi – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Misalnya Sudanco Supriyadi, tokoh yang menjadi pahlawan nasional, kelahiran Trenggalek. Keberadaannya turut membantu perjuangan kemerdakaan Indonesia.

Adalagi nama orang Trenggalek yang sangat populer di Indonesia, namanya R. Suprapto. Diabadikan menjadi nama sebuah jalan: JL. Jaksa Agung Suprapto. Nama ini ada di seluruh jalan di Indonesia. Jika di Trenggalek nama jalan ini ada di Kelurahan Surodakan.

Patung R. Soeprapto di hlmn depan Gedung Kejaksaan Agung RI
Patung R. Soeprapto di hlmn depan Gedung Kejaksaan Agung RI.

Suprapto disebut-sebut sebagai seorang jaksa agung yang tak pandang bulu. Ia tidak main-main soal penegakan hukum. Ia juga merupakan perintis reformasi hukum di Indonesia.

Kehebatan Trenggalek melalui tokoh-tokoh nasional ini bisa menjadi bukti bahwa Trenggalek itu hebat. Sebagai tanah kelahiran, tidak layak disebut sebagai tanah kelahiran terbelakang, tapi tanah yang mampu melahirkan orang-orang kreatif lagi berpengaruh.

Meski demikian, tidak semuanya merasa optimis menjadi orang Trenggalek, buktinya pandangan-pandangan skeptis dan pesimis masih banyak digulirkan oleh masyarakat itu sendiri. Jika tidak percaya, coba masuk di group medsos Info Seputar Trengalek.

Memang, rasa percaya diri menjadi masyarakat Trenggalek tidak bisa dibuat sekejap mata. Butuh pengetahuan banyak untuk bisa melayakkan Trenggalek menjadi tempat kelahiran yang pantas dicintai.

Saya percaya Trenggalek bukan kabupaten terbelakang. Setidaknya jangan sampai disebut kolot karena buah pikiran dan pelaku kita sendiri.

Artikel Baru

Artikel Terkait