Keterbatasan sumber daya dan sumber dana bukanlah alasan untuk tidak membangun. Karena tidak mesti daerah kaya selalu lebih maju dan daerah miskin pasti terbelakang. Tetapi yang wajib dilakukan pengelola kebijakan adalah bagaimana kita mampu mengelola potensi kekuatan yang ada, untuk menangkis berbagai bentuk ancaman dan menangkap segala peluang untuk menutup kelemahan.
Tulisan ini bermaksud melakukan eksplorasi dan elaborasi Dusun Ketro, Desa Dukuh, Watulimo, yang selama ini distigmatisasi oleh masyarakat desa sekitar sebagai sebuah wilayah yang “ndesit”, “nggunung” atau ekstrim-nya ter-marjinal-kan secara ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan.
Rukun Tetangga (RT) asal-usulnya ditangkarkan dari konsep goningumi di Jepang. Goningumi adalah konsep pengelompokan masyarakat terdiri dari lima (5) hingga sepuluh (10) rumah tangga keluarga (satu KK). Goningumi lantas berganti nama menjadi tonarigumi (istilah yang berarti kelompok lingkungan).
Kota yang tak memiliki catatan itu nanti hanya pasrah ditempati. Tapi ia tidak pernah benar-benar nyaman ditinggali sebagai hunian yang dihayati. Generasi masa depan membutuhkan warisan dari sesuatu yang tercatat.
Dalam Prasasti Surodakan yang
dikeluarkan oleh Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya (bergelar Widjajapara-kramawardana) pernah diresmikan sebuah perdikan dharma Rajasakusumapura di Waringin...
Koresponden sebuah surat kabar 83
tahun silam melaporkan penemuan benda purbakala berupa 13 lempengan tembaga
dengan inskripsi bertahun 1400 M. Benda...
Dari kronik lokal yang masih dipegang
masyarakat hingga kini, digambarkan ihwal kisah Minak Sopal yang berkonfrontasi
dengan pemimpin-pemimpin komunitas Buddha di...